Sebuah
inovasi teknologi pada elemen air
Kategori : Air
Oleh : Anggarani Budhiasih
|
Peta
Belanda: https://diaryofviviana.wor 1 | |
Adalah Belanda, sebuah negeri yang secara geografis
bukanlah sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam, malahan sebaliknya
negeri kecil ini ditakdirkan dengan ketidakberuntungan yang melandanya. Posisi
daratannya yang berada di bawah permukaan air laut mengakibatkan negeri yang
satu ini selalu dilanda banjir hampir di setiap tahunnya. Sehingga pantas saja
negeri ini mendapat julukan negeri tenggelam pada mulanya. Berbekal dari
keterbatasan itu, Belanda tak ingin menyerah pada takdirnya sebagai negeri
tenggelam. Dengan seluruh daya dan upaya, dia berusaha bangkit untuk
menundukkan masalah air yang membelitnya selama berabad-abad. Hasilnya, muncullah
Belanda sebagai negeri pengendali air, dibuatlah kincir-kincir angin untuk
memompa air laut beserta bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul yang tangguh
dan kokoh untuk menahan hempasan air laut. Sekitar 13 buah bendungan dibangun
secara bertahap dalam kurun waktu 39 tahun. Bendungan pertama selesai dibangun
pada tahun 1958 di Sungai The Hollandse
Ijssel, sebelah timur kota Rotterdam. Kemudian disusul The Ooster Dam (The Oosterschelde Stormvloedkering) yang panjangnya
hampir mencapai 11 kilometer. Bendungan ini sebagai benteng pertahanan Belanda
dari gempuran air laut tepatnya di daerah Zeeland. Bendungan terakhir selesai
dibangun di muara Nieuwe Waterweg pada tahun 1997, adalah The Maeslantkering, sebuah kanal yang menjadi pintu masuk menuju
Pelabuhan Rotterdam. Bendungan ini telah diintegrasikan dengan sistem
komputerisasi yang canggih, sehingga gerbangnya mampu membuka dan menutup secara
otomatis ketika terjadi badai.
Tak
hanya berhenti sampai disitu saja, hingga kini Belanda pun masih tetap berjuang
untuk mengendalikan air dengan segenap inovasi yang tengah dikembangkannya. Sehingga
menjadi sangat wajar bahwa air telah menjadi bagian dari budaya Belanda. Bahkan
baru-baru ini Belanda tengah mengembangkan inovasi untuk menaklukkan air limbah
dengan jalan memurnikannya dari kandungan zat-zat yang berbahaya. Adalah
Nereda, inovasi yang pertama kali diperkenalkan oleh Delft University of Technology di Belanda, yaitu sebuah teknologi
pemurnian air limbah dengan menggunakan konsep butiran-butiran organik yang
bersifat aerob (memerlukan bantuan oksigen dalam prosesnya) atau lebih dikenal
dengan istilah aerobic granular biomass (biomassa
granular aerobik). Nereda ini sangat solutif untuk menanggulangi masalah air
limbah yang tengah dialami hampir seluruh negara-negara di dunia karena sangat
mengedepankan prinsip efisien dan berkelanjutan. Bukan hanya hemat dalam segi
pembiayaan melainkan juga hemat dalam segi penggunaan energi. Hal ini
disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan hampir seluruhnya menggunakan
bahan organik dan juga untuk instalasi pengolahan air limbah yang digunakan
untuk Nereda ini juga tidak memakan banyak tempat sehingga tidak memerlukan
peggunaan energi yang cukup besar.
Lantas
apa yang membuat Nereda ini berbeda dengan teknologi pemurnian air limbah yang
lain? Pada teknologi Nereda ini butiran-butiran akan lebih cepat mengendap jika
dibandingkan dengan menggunakan teknologi lain yang serupa, di samping itu
penggunaan Nereda ini sendiri mampu menghemat konsumsi energi hingga 30% dan
biaya konstruksi yang yang lebih hemat sekitar 20% jika dibandingkan dengan
teknologi pemurnian limbah biasa. Di Belanda instalasi Nereda ini telah selesai
dibuat dan dikembangkan di kota Epe, Gelderland di oleh RoyalHaskoningDHV yang
bekerjasama dengan TU Delft dan STOWA.
Ternyata
tak hanya di Belanda saja teknologi Nereda ini digunakan. Akan tetapi inovasi teknologi
ini telah merambah ke pasar internasional. Ada beberapa Negara yang mengajukan
bentuk kerjasama dengan RoyalHaskoningDHV, selaku pemilik paten dari Nereda,
untuk mengembangkan teknologi pemurnian air limbah dengan menggunakan konsep
biomasa organik Nereda. Diantaranya adalah, Imtech perusahaan yang menjadi
partner RoyalHaskoningDHV untuk mengembangkan Nereda di Inggris, Aquatec Maxcon
di Australia, VA TECH WABAG di India dan Swiss, serta negara-negara yang
lainnya.
Mungkin
terlintas dalam benak kita, mengapa produk Nereda yang menggunakan konsep
begitu sederhana ini mampu mendunia. Jawabannya adalah karena Nereda ini
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan produk lain yang serupa dengannya.
Lalu apa saja keunggulan Nereda? Pertama, karena penggunaan Nereda dapat
menghemat biaya. Hal ini disebabkan dalam instalasi Nereda hanya membutuhkan
sedikit peralatan mekanik jika dibandingkan dengan cara konvensional yang jauh
lebih boros. Kedua, karena memiliki konsentrasi biomassa yang tinggi di dalam
tangka, maka instalasi Nereda ini tidak membutuhkan lahan yang luas, sehingga
lebih praktis dan tidak memakan lahan untuk pemasangan instalasinya. Dengan
memanfaatkan Nereda mampu menghemat penggunaan lahan untuk pengolahan limbah
hingga 75%. Ketiga, Nereda sangat praktis karena begitu mudah dioperasikan. Hal
ini disebabkan dalam Nereda dilengkapi AquaSuite
Nereda Controller, yaitu sebuah kontroler yang terintegrasi di setiap
butiran-butiran Nereda yang memudahkan dalam pengoperasian teknologi ini. Dan
yang keempat, Nereda merupakan teknologi purifikasi air limbah yang sangat
solutif karena mengusung konsep berkelanjutan dan terbarukan, sehingga Nereda
memiliki tingkat konsumsi energi yang jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan teknologi konvensional lainnya.
Nah,
itulah inovasi Nereda yang lahir dari negeri Tulip, walaupun konsepnya teramat
sangat sederhana namun mampu mendunia. Jenis-jenis teknologi seperti Nereda lah
yang sangat diperlukan dunia saat ini, karena dengan konsep biomasa yang terbarukan
dan berkelanjutan akan lebih ramah lingkungan dan mampu mengurangi dampak
negatif serta pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh sektor perindustrian. Semoga
konsep Nereda seperti ini juga akan diterapkan di Indonesia, sehingga mampu
mengatasi masalah krisis air bersih yang akhir-akhir ini melanda nusantara
tercinta ini.
Referensi:
http://www.royalhaskoningdhv.com/en-gb/nereda/advantages